Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax

Anatomi Thorax

Komponen-komponen Thorax

Thorax terletak antara leher dan perut. Cavum thorax terdiri dari jantung, paru-paru, trakea, esophagus dan pembuluh darah. Rangka thorax dibentuk oleh columna vertebralis, tulang costa, cartilago costa, dan sternum. Tulang-tulang tersebutlah yang melindungi cavum thorax dan beberapa organ abdomen, contohnya hati dan limpa.

Costa

Costa terdiri dari 12 pasang tulang rusuk, dimana dari 12 pasang tersebut terbagi menjadi:

- 7 pasang costa sejati, dimana costa-costa tersebut memiliki artikulasi dengan vertebra posterior dan dengan sternum di anterior melalui kartilago costa.

- 3 pasang costa palsu, dimana kartilago dari costa ke-8, ke-9, dan ke-10 memiliki artikulasi dengan kartilago costa di atas.

- 2 pasang costa melayang, dimana costa ke-11 dan ke-12 tidak memiliki artikulasi di anterior.

Sternum

Tulang sternum dapat di palpasi pada garis tengah (midline) bagian anterior thorax. Sternum terbagi atas beberapa regio, yaitu:

- Manubrium : memiliki facet untuk artikulasi dengan clavicula, kartilago costa ke-1 dan bagian atas dari kartilago costa ke-2. Di bagian inferior berartikulasi dengan corpus sternum pada sendi manubriosternal.

- Corpus

- Xifoid memiliki artikulasi atas dengan corpus pada sendi xifisternal. Xifoid biasanya tetap kartilaginosa sampai masa dewasa.

Informasi tambahan:

Persendian manubriosternal merupakan tempat dimana costa ke-2 melekat padanya, sehingga ini dapat menjadi acuan untuk menghitung jumlah tulang costa.

Rongga Intercostalis

Rongga ini dilapisi oleh tiga otot yang menyerupai dinding otot abdomen. Ketiga otot tersebut yaitu:

- M. Intercostalis Externus : otot ini berjalan mengisi rongga intercostalis dari vertebra posterior sampai di perbatasan kostokondral di anerior, kemudian otot ini terus berjalan ke depan sebagai membran yang tipis, secara kasat mata, otot ini akan terlihat seperti huruf V.

- M. Intercostalis Internus : otot ini berjalan mengisi rongga intecostalis dari sternum sampai ke angulus costa kemudian berjalan ke belakang sebagai suatu membran yang tipis, secara kasat mata, otot ini akan terlihat seperti huruf A.

- M. Intercostalis Intima (terdalam)

Innervasi (persarafan) dinding dada

Nervus intercostal adalah rami antererior primer dari n. Segmentalis torakalis. Hanya enam nervus teratas yang berjalan dalam rongga intercostalis, sisanya masuk ke dalam dinding anterior abdomen. Nervus intercostal berjalan melewati 11 costa, sedangkan costa ke 12 dilewati oleh nervus subcosta.

Adapun cabang-cabang n. Intercostalis adalah :

- n. Kutaneus anterior

- Cabang kolateral yang menyuplai otot di rongga intercostalis (juga disuplai oleh n. Intercostalis utama).

- Cabang sensoris dari pleura (nervus atas) dan peritonium (nervus bawah).

Yang merupakan perkecualian adalah:

- N. Inercostalis ke-1 bergabung dengan pleksus brakialis dan tidak memiliki cabang kutaneus anterior.

- N. Intercostalis ke-2 bergabung dengan n. Cutaneus medialis di lengan melalui cabang n. Interkostobrakialis. Oleh karena itu nervus ini menyuplai kulit ketiak dan sisi medial lengan.

2. Cavum Thorax

    Cavum thorax diisi oleh paru-paru dan cavum pleura, di bagian tengah paru-paru dan pleura   disebut sebagai mediastinum. Daerah-daerah mediastinum diantaranya:

- Anterior mediastinum, terletak diantara pericardium dan sternum yang diisi oleh limfonodi.

- Middle mediastinum, yang di dalamnya terdapat pericardium dan jantung.

- Posterior mediastinum, terletak diantara pericardium dan collum vertebra, yang di dalamnya berisi esofagus, ductus toracicus, trunkus simpatis, dan aorta desenden.

Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax

 1. Proyeksi PA

     Prosedure Pemeriksaan

  • Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah kaset.

  • Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan. 

  • FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI 

  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik napas … …tahan ! ………... Nafas biasa.

       Kriteria Hasil Radiograf

  • Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong

  • Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong 

  • Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang 

  • Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral 

  • C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat 

  • Tampak bayangan bronchus 

  • Foto simetris 

  • Tampak marker R/ L

2. Proyeksi AP

    Prosedur Pemeriksaan

  • Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.

  • Kedua lengan lurus disamping tubuh.

  • Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset

  • FFD: 150 cm

  • CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI

  • Beri marker L / R

  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

       Kritera Hasl Radiograf AP

  • Tampak gambaran thorax proyeksi AP

  • Batas atas apex paru

  • Batas bawah sinus costophrenicus

  • Dinding lateral tidak terpotong

  • CV TH sampai ruas ke empat

  • Diafragma mencapai iga IX belakang

  • Tampak bayangan bronchus

  • Marker L / R & identitas pasien

  • Foto simetris

    RADIOGRAFER INDONESIA

    Wadah organisasi terbesar saat ini untuk para radiografer indonesia ialah PARI.  PARI bukanlah suatu organisasi yang berdiri sendiri tapi tentu saja didalam organisasi tersebut butuh yang namanya anggota, dan dari anggota tersebut akan dipilih pengurus, pengurus tersebutt yang bisa menjadi jembatan dari para anggota untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat para anggota kepada pemerintah.. anggota yang saya maksud disini ialah para radiografer indonesia, karena PARI merupakan sebuah organisasi dibidang kesehatan yang menghimpun tenaga kesehatan yaitu radiografer di indonesia yang tentu saja di akui oleh undang-undang.

    seperti hal nya jembatan yang sebagai tempat penyebrangan seseorang dari satu tempat ke tempat lain, yang selaluu membantu seseorang kemudahan untuk melangkah dari tempat satu ke tempat lain dengan mobilisasi seseorang akan lebihhh majuuu,, coba kita bayangkan bila suatu daerah terpenciil yang terpisahkan olehh jurang, kalii, maupun ranjauu,, dan didaerah tersebut tidak mempunyai jembatan,, apakah yang terjadiii ?? orang-orang  daerah tersebutt pasti lah akan stagnan atau bisa diartikan tidak ada akses untuk menuju kemajuan,, tidak ada jembatan tentu saja menghambat proses masuknya hal-hal yang positif dan otomatis daerah tersebut akan tertinggal dan akan semakin terpencil.. timbul pertanyaan lagi mengenai sebuah jembatan, apakah cuma asal membangun jembatan untuk membuat daerah terpencil menjadiii majuu ? tentu saja tidakkk asal membangun jembatan. tentu saja ada kriteria-kriteria sebelum membangun jembatan,, di antara nya yaitu jembatan haruslah kuat, kuat menghadapii beberapa rintangan dan musibah tidak roboh bila di lewati oleh sekawanan gajah maupun kendaraan besar, selain kuat jembatan harus mempunya pondasi yang kuat, atau dasar yang kuat karna tanpa pondasi yang kuat jembatan tersebut akanlah roboh, selain pondasi, struktur nya juga kuat, harus d banguun olehhh bahan-bahan yang berkualitas, yang mempunyai daya tahan yang bagus.. bila jembatan itu mempunyai beberapa kriteria tersebutt maka tidak mungkin jembatan itu akan roboh dan bisa digunakan sebagai akses untuk masyarakat terpencil itu untuk maju..

    nahh dari inspriasi tersebut kita balik lagi ke pokok pembicaraan, lihatlah sebuah jembatan, pembangunannya tidak hanya asal bangun, tapi harus memiliki kriteria-kriteria khusus agar jembatan itu kokoh, kuat, dan dpt sebagai akses untuk mempermudah masyarakat... hal itu pun terjadi kepada organisasi , khususnya organisasi PARI.. jembatan itu ialah pengurus PARI, dan masyarakat itu ialah Anggota PARI yaitu radiografer.. 

    mengingat jelang kongres nasional ke XII PARI yang insya allah akan diadakan pada tanggal 18 - 20 November 2011 yang mengusung tema " Memperkokoh Eksistensi dan Martabat PARI sebagai organisasi profesi di Tingkat Nasional maupun Global" yang salah satu agenda nya yaitu memilih kepengurusan PARI periode 2011 - 2015.. maka pengurus merupakan jembatan bagi para anggota PARI, maka baiknya kita sebagai anggota PARI yang langsung ataupun tidak langsung ikut andil dalam pemilihan pengurus PARI yang nnti nya sebagai jembatan kita sebagai anggota PARI untuk bisa mengembangkan organisasi profesi kita kearah yang lebih baik.. mau siapapun itu pengurus PARI kita sebagai anggota PARI mendambakan pengurus yang mampu menampung aspirasi anggota, bkn hanya menampung tapi harus lah menyampaikan aspirasi tersebut kepada pemerintah, selalu bekerja cerdas,cermat dan tepat dengan rasa ikhlas tanpa mengharapkan apapun demi kemajuan profesi dan organisasi, berani memberi masukan dan berani juga dikritik, mempunyai rasa konsistensi dalam mengemban amanah tidak mudah terpengaruh atas pendapat-pendapat dari luar yang tidak bertanggung jawab, selalu mentaati AD/ART yang telah ditetapkan,  mempunya pondasi yang kuat dan cerdas, selalu mampu mempererat tali silaturahmi antar anggota... mungkin itu beberapa point dari kami sebagai anggota PARI yang mendambakan kepengurusan PARI yang solid untuk kedepannya..

    "Seperti hal nya jembatan, Jembatan yang kokoh dan kuat akan menjadi media yang pas sebagai akses seseorang menjadi maju"

    kita pun sebagai anggota tidak lah cuma mengandalkan pengurus saja sebagai jembatan untuk kesuksesan sebuah organisasi, tapi juga anggota pun harus berperan aktif untuk kemajuan dan kesuksesan organisasi.. memberi kontribusi positif, pemikiran yang ilmiah, juga harus meluangkan sebagian waktu nya untuk profesi.. karena organisasi yang kuat ialah organisasi yang didalamnya saling mendukung dan saling menguatkan satu sama lainnya.

    yang harus diperjuangkan dalam agenda untuk kepengurusan PARI Periode 2011 - 2015 ialah harus meneruskan perjuangan website PARI yang sudah saat ini dijalankan, website ini juga harus sebagai salah satu website yang dikembangkan oleh kepengurusan PARI dan menjadi media profesi tempat sharing ilmu dan bertukar informasi sehingga bisa menjadi pusat informasi radiografer indonesia, sejaterahkan anggota (Radiografer) melalui pengajuan tentang revisi PP no 48 tahun 1995 mengenai TBR (Tunjangan bahaya radiasi) yang menjadi pertanyaan dan harapan seluruh radiografer indonesia sehingga semakin sejaterah para radiografer indonesia..

    tingkatkan kemampuan dan kualitas kita sebagai radiografer indonesia, dengan kemampuan dan kualitas kita dengan otomatis akan mengangkat prestasi organisasi profesi kita yaitu PARI..

    jadikan kritik, hujatan, dan hinaan sebagai pembelajaran bukan sebagai penghinaan. pembelajaraan untuk lebih baik dimasa yang akan datang, lebih baik untuk organisasi PARI dimasa yang akan datang...

    semoga kita mempunyai pengurus yang berkompeten yang rela berjuang untuk organisasi... amiinn ya rabb.. tidak ada manusia yang sempurna, tapi tanpa kesempurnaan kita dapat belajar menuju sempurna...

    amiiinnn..

    Dasar-dasar Radiologi

    DASAR-DASAR RADIOLOGI 

     

    Definisi Radiologi, 

    Radiologi adalah suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar pengion dan bukan pengion, gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostic dan terapi


    Bidang-bidang dalam radiologi :

    • Radiodiagnostik, Radioterapi,   Kedokteran nuklir   Ultrasonografi  MRI (magnetic Resonance Imaging

    PROSES TERJADINYA SINAR –X

     







    Urutan proses terjadinya sinar-X adalah sebagai berikut :

    • Katoda ( filamen ) di panaskan ( lebih dari 20000c ) sampai membara dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator

    • Karena panas , elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas

    • Muatan listrik filamen sengaja di buat relatif lebih negatif terhadap sasaran (target ) dengan memilih potensial tinggi , sehingga elektron bergerak ke anoda .

    • Sewaktu di hubungkan dengan transformator tenggangang tinggi , elektron-elektron menu ju anoda di percepat gerakan nya dan di pusatkan ke alat pemusat ( focusing cup)

    • Awan-awan elektron yang sampai di anoda bagaikan mendadak di hentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk paanas (>99%) dan sinar X ( <1%)

    • Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar X dari tabung, sehingga sinar X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.

    • Panas yang tinggi pada sasaran (target ) akibat benturan elektron di tiadakan oleh radiator pendingin. Jumlah sinar X yang di lepaskan tiap satuan waktu dapat di lihat pada alat pengukur miliAmpere (MA) , sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu.

    SATUAN-SATUAN

    Rontgen (R)

    • Rontgen ialah satuan pemaparan radiasi yang memberikan muatan 2,58 X 10-4 Coulomb per kg udara. Rotgen merupakan satuan nilai penyinaran sinar-X atau sinar Ὑ , tapi tidak di gunakan untuk sinar α , β , atau neutron. Alat pengukur radiasi biasanya di kalibarasi dalam rontgen ( R ) atau mr ( milirontgen , 1 R = 1000 MR ). Untuk sinar-X dan sinar Ὑdengan energi sampai 3 MeV yang melalui air atau jaringan lunak,suatu penyinaran sebesar 1 R ekivalen dengan dosis serap sebesar 0,93 – 0,98 rad.


    Gray (Gy)

    • 1 Gy = 100 rad. Gray merupakan satuan internasional untuk menyatakan satuan dosis ionisasi . 1 Gy sama dengan 1 joule energi yang di serap 1 kg bahan dari radiasi pengion . satuan ini menggatikan satuan lama,yaitu Rad.

    Becguerel (Bq)

    • Satuan yang di pakai pada aktivitas radioaktif , untuk mengukur laju peluruhan senyawa radioaktif .

    Curie

    • Satu curie sama dengan 3,7 X 1010 Disintegrasi atom per detik . jadi , 1 Ci = 3,7 X 1010 Bq. Nama curie di ambil dari nama Marie Curie , penemu sifat radioaktif dalam unsur Radium.

    Rem

    • Dose equivalent (dulu di sebut Rem ) adalah jumlah tiap radiasi ionisasi yang menyebabkan pengaruh biologis yang sama dengan 1 rad sinar –X atau sinar Ὑ.




    TABUNG SINAR-X


                            Pada tabung sinar-x terdiri dari 2 bagian , yaitu bagian dalam dan bagian luar.


    1. Tabung bagian luar terdiri dari :

    • lead case/tube housing ( rumah tabung ), rumah tabung bahannya dar i pb (timbal hitam), tabung di tutup untuk timbal hitam tempat keluarnya tabung sinar-x

    •  window / jendela tabung.radiasi primer (umbra) yaitu berkas yang utama, radiasi yang menembus objek flim. Radiasi skunder (penumbra) yaitu radiasi hambur

    2. Tabung bagian dalam terdiri dari :

    •  Insert tube/glass emvelope ( penutupnya terbuat dari kaca ) kacanya harus tahan panas dan titik lebur tinggi, nomor atomnya tinggi , kaca tersebut terbuat dari uranium/pyrex

    •  Minyak pendingin untuk mendiginkan

    •  Isolasi untuk tengangan tinggi

    •   Katoda di dalamnya terdapat kawat-kawat filament untuk menghasilkan elektron

    •  Anoda tempat tumbukan/sasaran elektron titik lebur tinggi.


    PADA TABUNG SINAR-X 5 BAG YANG HARUS TERPENUHI :
    5 di antara nya yaitu :

    1.  Katoda sebagai sumber elektron, terdapat kawat filamen untuk sumber elektron tempat menghasilkan elektron, tanpa katoda sinar-x tidak terjadi

    1.  Anoda terdapat piring anoda sebagai target tempat tumbukan elektron

    1.  Tabung harus vacuum , untuk mengerakan/menumbuk target/hampa udara

    1.  Fecussing cup untuk memfokuskan berkas sinar-x ke anoda

    1.  Generator tengangang tinggi (HTT) Untuk menghasilkan beda potensial antara anoda dan katoda agar berkas sinar-x tepat menuju target.


    BAGIAN-BAGIAN PESAWAT SINAR-X Gp :

    •  Power supply

    •  Generator tengangan tinggi (HHT)

    •  Panel control

    •  Tabung x-ray

    •  Kolimator

    •  Meja pemeriksan (bucky table )

    SEJARAH RADIOLOGI

    Selamat datang di Radiologi-Squad. Ijin nulis-nulis tentang dunia radiologi :D semoga bermanfaat , kurang lebihnya mohon di lebihi :D #salam_alumni_atro_cb-yogyakarta




    SEJARAH RADIOLOGI

     Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.

     Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.


     

    Gambar 1. Foto Tangan Kiri Istri Roentgen

     Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.

    Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.

    Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.

     Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.

    Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X, sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu revolusi dalam ilmu kedokteran.

     Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini.

     Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.

     Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.

     Salah seorang korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya.

     Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.

     Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).

     Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping radiodiagnostik.

     Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.

    Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi.

     Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZ Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.

     Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad, Ny. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya.

    Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.

     Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952.

     Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik.

     Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA.

     Dengan semakin banyaknya jumlah asisten Roentgen yang berpengalaman, bahkan beberapa diantaranya mendapat pendidikan tambahan di luar negeri, maka pelajaran-pelajaran di APRO sebagian besar sudah dapat diberikan oleh para asisten Roentgen dan hanya Direktur sajalah yang berpangkat ahli radiologi karena merupakan syarat bagi suatu akademi. Para ahli radiologi sangat berkepentingan dalam perkembangan dan peningkatan mutu para asisten Roentgen, yang sekarang nama resminya menjadi penata Roentgen.



     





    Dasar-dasar Radiology

    TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM

    radiologysquad.blogspot.com TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM  Anatomi Cranium 1. Os Frontalis 2. Os Sphenoidalis 3...