TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM





TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM 

Anatomi Cranium















1. Os Frontalis
2. Os Sphenoidalis
3. Os Ethomidalis
4. Os Nasal
5. Os Lacrimal
6. Os Maxilla
7. Os Mandibula
8. Os Parietal
9. Os Temporalis
10. Os Occipital
11. Os Zygomaticum

Teknik Pemeriksaan 

1. Proyeksi AP
  • Posisi Pasien 
    • Pasien tidur pada posisi Supine di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
  • nPosisi Obyek
n 
    • Posisi Kepala di atur True AP
    • MSP kepala tegak lurus pada bidang kaset
    • Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang kaset.
    • nPastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala
    • nLetakkan Marker yang sesuai R atau L, kemudian nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
    • Atur Central Ray (CR) Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
    • nAtur Central Point (CP) tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
    • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi AP.
    • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film



2. Proyeksi Lateral





  •  Posisi Pasien
    • Pasien tidur  pada posisi semi Prone di atas meja pemeriksaan, atau juga bisa berdiri dengan posisi badan RPO/LPO dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line Kaset
  • Posisi Obyek
    • Kepala diposisikan  Semaksimal mungkin untuk True Lateral
    • nMSP kepala sejajar pada bidang film.
    • nInfra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan bidang film.
    • nInter Pupillary line (IPL) tegak lurus dengan bidang film
    • nLetakkan Marker yang sesuai R atau L
    • nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
    • nAtur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek. 
    •  Atur Central Point tepat pada daerah 5 cm di atas Meatus Acusticus Externa (MAE), dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang film.
    • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi Lateral.
    • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film 

   







Faktor Ekposi


FAKTOR EKSPOSI

Radiologysquad.blogspot.com  


    Faktor ekposi dalam melakukan pemeriksaan radiografi sangatlah penting. karena berhungan dengan tingkat densitas dan juga kontras pada hasil radiograf . Percuma positioning pasien bagus tetapi tidak di imbangi dengan kondisi penyinaran ( Faktor ekposi ) yang bagus pula. 
     Faktor eksposi terdiri dari kV ( kilo volt ), mA ( mili Amper ) dan s ( second ) . kV adalah satuan beda potensial yang di berikan antara katoda dan anoda di dalam tabung rontgen. mA adalah suatu arus tabung, dan s adalah satuan waktu penyinaran. mAs akan menentukan kuantitas sinar - x.
    Faktor eksposi mA dan s memiliki hubungan yang sangat penting dalam penentuan kuantitas radiasi.Pertambahan mAs akan mempengaruhi pertambahan kuantitas radiasi dan pertambahan densitas Radiografi.
Besarnya nilai eksposi yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 
 Radiologysquad
Keterangan : 
· D : FFD (cm)
· kV : Tegangan tabung 
· mAs : mAs yang digunakan 
· P : Ketetapan yang nilainya adalah 15 dan besarnya tergantung dari filtrasi dan ukuran penyinaran yang diberikan
Sedangkan perhitungan nilai mAs dengan perubahan kV adalah : 

http://radiologysquad.blogspot.co.id/
Catatan : 
kV24 digunakan apabila faktor IS dan Grid diperhitungkan, dan apabila tidak, maka menggunakan rumus :

http://radiologysquad.blogspot.co.id/

1.  (KV) 
   Sinar x baru akan dihasilkan jika tumbukan electron di anoda tepatnya di target,   sangat    cepat dan seketika itu di hentikan mendadak. Electron yang di hasilkan katoda tidak akan bisa bergerak dengan sangat cepat jika tidak di beri beda potensial yang sangat tinggi antara anoda dan katoda. Electron yang di hasilkan pada katoda bermuatan negative sedangkan di anode bermuatan positif.
 Pengaruh kV terhadap Intensitas
  Besaran kv pada umumnya di kaitkan dengan daya tembus sinar, makin tinggi kv yang  digunkan makin besar pula daya tembusnya sinar, demikian pula sebaliknya. Umumnya, jumlah kv menunjukan kualitas radiasi. Bila kv di naikan maka densitas foto meninggi, kontras rendah dan sinar hambur meningkat. Pada radiodiagnostik penggunaan kv antara 50 – 80 kv, setiap kenaikan atau penurunan 10 kv. mAs dapat dinaikan atau di turunkan sekitar 50%. 
   Peningkatan KVP sehingga  elektron mendapatkan energi tinggi menyebabkan  kualitas energy lebih besar sehingga penetrasinyapun juga lebih besar.Daya tembus jaringan dengan penggunaan energi yang lebih tinggi sehingga menimbulkan efek Compton. Sehingga menghasilkan radiasi hambur dan mengurangi kontras.
Anode Heel Effect
      Anode Heel Effect adalah suatu perbedaan intensitas sinar x akibat adanya perbedaan sudut pada anoda.Anoda sebagai tempat menumbuknya electron arahnya tidak luruh akan tetapi memiliki sudut. Sudut yang di bentuk akan mengarah ke katoda makaintensitas sinar x akan meningkat lebih dari yang berada pada central ray atau pusat sinar. Anode heel effect dapat di terapkan pada pemeriksaan pada objek yang panjang akan tetapi mempunyai ketebalan yang berbeda, seperti pada pemerikaan os. Femur. 
     Pada os. Femur bagian proximal lebih tebal daripada bagian distal. Untuk menghasilkan densitas yang sama antara bagian proximal dengan bagian distal, maka harus diatur bagian proximal di letakan di bawah katoda dan bagian distal di letakkan di bawah anode sehingga radiograf yang di hasilkan akan memiliki densitas yang relative sama antar bagian proximal dan bagian distal os femur.
Pengaruh kV terhadap gambaran 
    Apabila penggunaan kV yan tidak tepat maka akan terjada kesalahan pada gambar radiograf yaitu over ekspouse (gambaran dengan densitas terlalu tinggi akibat factor eksposi terlalu tinggi) dan under ekspouse (gambaran dengan densitas terlalu rendah akibat penggunaan factor eksposi terlalu rendah).  

     Penggunaan kV yang terlalu tinggi akan menyebabkan radiasi hambur (scatter radiation). Hal ini di karenakan sinar yang di hasilkan dari kV yang tinggi akan memiliki intensitas yang tinggi pula. Saat berinteraksi dengan objek, sinar x yang memiliki intensitas yang tinggi akan di teruskan dan ada pula yang dipantulkan. Sinar x yang di pantulkan ini dapat menyebabkan penghitaman pada film sehingga gambaran yang dihasilkan akan memiliki densitas yang tinggi. Untuk mencegah hal ini maka di perlukan grid. 
2. (mAs)
  mAs adalah salah satu carauntuk mengukurmuatan elektrostatik. Ini menentukanjumlah/kuantitas elektron. mAs adalah perkalian antara besaran nilai ampere dengan waktu eksposi. mAs menunjukan kuantitas radiasi. Contoh :
MAS = MA X S
            100 X 1/10 detik
            400 X 1/40 detik
            50 X 1/5 detik
Dengan contoh di atas mAs dapat di peroleh dengan berbagai cara, sehingga untuk organ yang bergerak yang memerlukan waktu yang singkat dapat menggunakan MA tertentu.
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan penurunan mA akan mengurangi intensitas. Oleh sebab itu, derajat terang dapat diatur dengan mengubah mAs. Waktu pemaparan biasanya di buat sesingkat mungkin untuk mengurangi kekaburan pada radiograf akibat pergerakan pasien.
 Sekian Semoga Bermanfaat, #Radiologysquad.blogspot.com




 

Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Manus


TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA MANUS

Radiologysquad.blogspot.co.id 

Anatomi Ossa Manus




Keterangan Gambar

1. Os Trapezium
2. Os Travezoideum
3. Os Capitatum
4. Os Hamatum
5. Os Fisiform
6. Os Triquetum
7. Os Lunatum
8. Os Scapoideum
9. Os Metacarpal
10. Os Digiti
11. Phalanges
12. Phalang proximal
13. Phalang medial
14. Phalang distal
15. Basis
16. Corpus
17. Caput
18. Tub Phalangis distalis



Proyeksi Pemeriksaan Ossa Manus

Ada beberapa proyeksi pemeriksaan radiografi oss manus, yaitu :
1. PA (Posterior anterior)
2. Obliq 
3. Lateral
4. AP Perbandingan
5. AP 
         Untuk Pemeriksaan di lapangan yang sering dipakai yaitu PA dan Obliq.
Untuk klinis pasien di lapangan biasanya Fraktur (Patah tulang), Trauma, Fisura, Dislokasi Sendi, Ruptur, Artheritis, Osteoma dan Corpus alienum (Benda Asing).
1. Proyeksi pemeriksaan PA (Dorso Plantar)


  • Posisi Pasien = Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan di fleksikan, atur ketinggian sehingga lengan pasien  nyaman di atas meja pemeriksaan
  • Posisi Objek = Istirahatkan lengan (Antebrachi) pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan telapak tangan pasien menempel pada kaset. Letakan MCP (Metacarpo phalangeal) joint di tengah-tengah kaset. Rentangkan tangan pasien yang akan diperiksa. Usahakan tangan pasien relaks agar tidak terjadinya rotasi, jangan lupa kenakan Apron pada pasien untuk melindungi organ-organ fital dan usahakan pasien menoleh ke sisi yang tidak terkena sinar x.
  • Ukuran kaset = 18x24 cm atau 24x30 cm melintang untuk 2 gambaran.
  • CR (Central Ray) = Tegak lurus Vertikal.
  • FFD = 90-100 cm
  • CP (Central Point) = di MCP (Metacarpo phalangeal Joint) digiti 3
  • Marker = R/L
  • Batas Atas Batas Bawah kolimasi = Batas atasnya dari phalang sampai 1/3 oss distal radius, ulna untuk batas bawahnya.
  • Tampilan Struktur : Phalang 1-5, Metacarpal, Carpal (Schapoid, Lunatum, Triquetrum, Phisiform, Trapezium,Trapezoid, Capitatum, Hamatum dan Oss Distal Radius dan Ulna.
  • Kriteria Radigraf : MCP dan Interphalangeal joint membuka menandakan manus diletakkan rata pada kaset.
2. Proyeksi Pemeriksaan PA Obliq Projektion

  • Posisi Pasien =Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan difleksikan.
  • Posisi Obyek Atur tangan pasien Obliq membentuk suatu penjuru kira-kira 45 derajat seperti sedang menggenggam kertas. 
  •  Ukuran Kaset = 18x24 cm atau 24x30 untuk 2 gambaran.
  • CP  = MCP (Metacarpo phalangeal joint digiti 3
  • CR  = Tegak lurus Vertikal
  •  FFD  = 90-100 cm
  •   Marker  = R/L
  • Batas Atas dan Batas Bawah = Dari Phalang sampai 1/3 Distal oss radius dan ulna. 
  • Sedikit Overlap antara metakarpal tiga dan empat serta empat dan lima Interphalang
  •  Kriteria Evaluasi = phalangeal joint dan MCP joint terbuka dan tidak superposisinya antara tulang Trapezium dengan Trapezoid.


3. Proyeksi Pemeriksaan Lateral (Medio lateral dan Latero Medial)







  • Untuk Proyeksi ini gunakan kaset 18x24 membujur atau 24x30 melintang untuk dua gambaran. 
  • Posisi Pasien = Posisikan Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan dengan antebrachi menempel pada meja pemeriksaan dengan aspek Ulnaris menempel pada kaset sementara pada Latero medial aspek Radius menempel pada kaset.
  • Posisi Obyek = Ekstensikan digit pasien dan atur digit pertama di sudut kanan palmar. Atur phalang (digit) 2-5 Superposisi. 
  • FFD = 100cm 
  • CR = Vertikal tegak lurus pada kaset pada MCP joint digiti 5 dan 2.
  • Kriteria EvaluasiPhalang 2-5 Superposisi kecuali ibu jari, superposisi metacarpal, superposisi oss radius dan ulna.

4. Proyeksi Pemeriksaan AP Perbandingan (Metode Noogaard)

  • Posisi Pasien duduk di ujung meja pemeriksaan, dengan kedua tangan diposisikan setengah supine untuk perbandingan.
  • Posisi Obyek Tempatkan kedua telapak tangan bersama-sama tempatkan 2 spons kira-kira 45 derajat terhadap aspek superior dari masing-masing tangan, Ekstensikan jari-jari pasien dan sedikit abduksikan ibu jari pasien untuk menghindari superposisi. jari-jari seolah-olah sedang menggenggam  seperti akan menangkap bola.
  • FFD  = 100 cm
  • CR   = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Tegak lurus pada pertengahan kaset atau pada titik tengah antara kedua tangan selevel MCP joint.
  • Kriteria Evaluasi Kaput Metakarpal bebas dari superimposisi, dan tampak kedua tangan dari daerah karpal ke ujung digit.
 


Dasar-dasar Radiology

TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM

radiologysquad.blogspot.com TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM  Anatomi Cranium 1. Os Frontalis 2. Os Sphenoidalis 3...